NAMAKU "ALI SODIKIN" SI PECINTA KORAN

Prigen_: Ali Sodikin siswa kelas 7C di MTs Negeri 3 Pasuruan merupakan satu contoh profil siswa yang tanpa harus diperintah, dijadwal dengan regulasi madrasah, dilihat teman dan guru ataupun tidak, ketika ada kesempatan sering menyempatkan waktu untuk menculik koran yang dihamparkan di depan ruang PTSP madrasah. Hampir tiap hari ketika ada update berita di media cetak itu dia menyempatkan diri untuk menambah cakrawala literasinya. Seorang anak yang tinggal jauh dari orang tua, yang tujuh bersaudara ini karena harus berjuang menuntut ilmu agama di Pondok Pesantren salaf At Tawakal Sentong Lumbangrejo dan mengikuti pendidikan formal di MTsN 3 Pasuruan, hari-harinya memang tampak berbeda dengan siswa yang lain. Tidak jarang di pagi hari ketika kegiatan 3S (Senyum, Salam, Sapa) koresponden menyapa dan bertanya perihal seragam yang digunakan tampak kusut, dengan menunjukkan wajah yang terlihat mengantuk, dijawabnya dengan polos bahwa kegiatan pondok yang padat serta dia harus berkhidmah ke pesantren sebagai wujud tanggung jawabnya diberikan pendidikan agama gratis all in, maka tidak sempat untuk menyeterikanya. Dikala jam istirahat pun terkadang dia kedapatan sedang membaca Koran di depan ruang PTSP. Semoga yang dilakukannya bisa menjadi inspirasi bagi peserta didik yang lain.

Memang jika mau pandai dan banyak pengetahuan biasakanlah membaca beragam jenis bacaan. Sebab, melalui kebiasaan ini akan banyak manfaat yang bisa didapat.

“Banyak tokoh besar dunia menyatakan, membaca adalah jantungnya pendidikan. Hal ini membuktikan kalau membaca punya peran penting dalam bidang pendidikan,” kata Wakil Kepala Bidang Humas MTs Negeri 3 Pasuruan Tofan Yulianto disela – sela selesainya pelaksanaan kegiatan upacara hari Sumpah Pemuda, Sabtu (28/10/2023).

Menurutnya, budaya membaca dikalangan pelajar memang belum menggembirakan. Untuk itu perlu dorongan banyak pihak untuk meningkatkan minat baca. Selain itu perlu pula pemahaman yang lebih pada siswa tentang pentingnya membaca.

“Maraknya teknologi membuat minat baca turun. Untuk mendorong minat baca, perlu kita dorong adanya gerakan literasi di madrasah. Caranya, pihak madrasah harus menyediakan waktu minimal 5 sampai 15 menit buat siswa untuk membaca buku diluar pelajaran madrasah,” tegasnya.

Budaya membaca harus terus dikenalkan pada generasi muda. Sebab, melalui membaca ini akan bisa dapat banyak ilmu, pengetahuan dan kosakata.

Akhmad Farid selaku kepala madrasah menyambut positif adanya tradisi literasi bagi siswa dan tenaga pendidik di madrasah. Sebab dengan adanya budaya ini maka akan menjadi kesempatan bagi banyak orang untuk mendapatkan khasanah multi keilmuan. Dengan membaca pula kita akan tertarik dengan bahasa yang digunakan sehingga akan memberikan stimulan untuk selalu ingin belajar dan belajar lagi untuk mengerti bahasa lain selain bahasa kita. Untuk mewujudkan hal tersebut Kepala Madrasah yang baru dilantik pada awal bulan Oktober 2023 ini berikhtiar untuk mengenalkan tradisi literasi dengan multilingual berbagai bahasa (Indonesia, Jawa, Inggris dan Arab) di madrasah. Langkah awal yang dilakukan adalah dengan melaksanakan Ngunduh Ilmu ke lembaga yang sudah menerapkan budaya tersebut  dengan baik yaitu MTs Al Yasini yang berada di Kecamatan Wonorejo. (Tfn_Hms)